PERBANDINGAN EFEK REMIFENTANIL INTRAVENA 1 µg/kgBB DENGAN 0,5 µg/kgBB DIIKUTI RUMATAN 0,1 µg/kgBB/MENIT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN LAJU NADI SAAT INTUBASI ENDOTRAKEAL: UJI ACAK TERKENDALI

Tahapan Penelitian : Complete
Sponsor:
Mitra Pelaksana:
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
No Registry
INA-K46P2P
Tanggal Input Registry : 04-11-2021

08-02-2021
- Pemberian remifentanil 1 μg/kgBB yang dilanjutkan rumatan 0,1 μg/kgBB/menit dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang lebih besar dan bermakna secara statistik saat intubasi dibandingkan dengan remifentanil 0,5 μg/kgBB yang dilanjutkan rumatan 0,1 μg/kgBB/menit. - Pemberian remifentanil 1 μ/kgBB yang dilanjutkan rumatan 0,1 μg/kgBB/menit dapat menyebabkan penurunan laju nadi lebih besar dan bermakna secara statistik saat intubasi dibandingkan dengan remifentanil 0,5 μg/kgBB yang dilanjutkan rumatan 0,1 μg/kgBB/menit.
Remifentanil 0,5 μg/kgBB yang dilanjutkan dengan remifentanil 0,1 μg/kgBB/menit dapat menjadi pilihan yang baik saat induksi untuk menekan respon simpatis karena intubasi karena memberikan kestabilan hemodinamik saat intubasi tanpa adanya penurunan tekanan darah dan laju nadi yang berlebihan.
 
PERBANDINGAN EFEK REMIFENTANIL INTRAVENA 1 µg/kgBB DENGAN 0,5 µg/kgBB DIIKUTI RUMATAN 0,1 µg/kgBB/MENIT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN LAJU NADI SAAT INTUBASI ENDOTRAKEAL: UJI ACAK TERKENDALI
PERBANDINGAN EFEK REMIFENTANIL INTRAVENA 1 µg/kgBB DENGAN 0,5 µg/kgBB DIIKUTI RUMATAN 0,1 µg/kgBB/MENIT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN LAJU NADI SAAT INTUBASI ENDOTRAKEAL: UJI ACAK TERKENDALI
Interventional
Subjek penelitian berjumlah 35 pasien yang terdiri dari kelompok remifentanil bolus 1 μg/kgBB (R1) dan kelompok remifentanil bolus 0,5 μg/kgBB (R2). Kelompok R1 diberikan remifentanil bolus 1 μg/kgBB, dilanjutkan rumatan 0,1 μg/kgBB/menit sebelum tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakeal. Kelompok R2 diberikan remifentanil bolus 0,5 μg/kgBB, dilanjutkan rumatan 0,1 μg/kgBB/menit. Pemberian remifentanil bolus kedua kelompok dilakukan selama 60 detik, yang langsung dilanjutkan dengan dosis rumatan 0.1 μg/kgBB/menit menggunakan syringe pump. Selanjutnya diberikan propofol bolus 2 mg/kgBB selama 30 detik. Setelah tertidur, pasien diberikan atrakurium 0,5 mg/kgBB secara intravena. Jika laju nadi turun sampai < 40 x/menit, diberikan sulfas atropine 0,5 mg IV. Jika tekanan darah turun lebih dari 30%, diberikan vasopressor (ephedrine 5-10 mg). Rumatan anestesi menggunakan isofluran dan fraksi O2 dalam udara 50% dengan laju aliran 3 L/menit. Pengukuran hemodinamik mencakup tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan laju nadi yang dilakukan 2 menit setelah induksi (T1), 1 menit setelah intubasi (T2), dan dilanjutkan pada menit ke 3 dan 5 setelah intubasi (T3 dan T4). Pendataan karakteristik demografi pasien mencakup usia, indeks massa tubuh dan status fisik ASA.
35
 

Inclusion Criteria:

- Pasien yang menjalani operasi elektif dengan anestesi umum - Pasien status fisik berdasarkan American Society of Anesthesiologist (ASA) dalam kategori I-II. - Usia 19-65 tahun. - Indeks massa tubuh antara 18,5 dan 29,99 kg/m2.

Exclusion Criteria:

- Pasien hamil. - Pasien yang menderita kelainan kardiovaskular. - Pasien yang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi tekanan darah dan laju nadi. - Pasien yang diberikan obat sedasi, opioid, dan analgetik dalam 24 jam terakhir. - Pasien dengan jalan napas sulit yang dinilai dengan menggunakan skor mallampati.
 
LB.02.01/X.6.5/006/2021 Tanggal 13 Januari 2021
LB.02.01/X.2.2.1/3547/2021
dr. Galantry Ahmad Azhari (081337222189)